Dalam kepanikan, Denok pingsan. Ketika ia terbangun keesokan harinya, ia mendapati dirinya masih di bawah pohon sawo, tetapi kepala misterius itu telah menghilang. Pengalaman yang menyeramkan itu meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, memperkuat legenda Glundung Pringis di hati warga. Cerita itu menjadi peringatan bagi mereka yang berani mencoba mengungkap apa yang seharusnya tetap tersembunyi. Cerita Denok menjadi legenda baru di kampung itu, sebuah kisah tentang keberanian dan misteri yang belum terpecahkan dan mengingatkan semua orang bahwa ada beberapa rahasia yang lebih baik tidak diusik.
Setelah kejadian menegangkan di bawah pohon sawo, Denok, masih terguncang, tapi tetap memutuskan untuk membawa bukti visual yang ia peroleh ke rumah kepala RT. Dengan kamera digitalnya yang masih menyimpan gambar-gambar yang ia ambil semalam, ia berharap bisa mendapatkan penjelasan lebih lanjut tentang kejadian tersebut.
Berjalan cepat melintasi gang-gang kampung, Denok merenungkan kembali peristiwa yang baru saja ia saksikan. Perasaan takut yang sempat menghilang kini kembali menyelimuti pikirannya, terutama setelah pertemuannya yang mengerikan dengan apa warga yakini sebagai 'Glundung Pringis'. Namun, keinginan untuk mengungkap kebenaran mendorongnya terus maju.
Setibanya di rumah RT, Denok disambut oleh Pak RT yang terlihat tenang dan mengundangnya masuk. Dengan tangan yang gemetar, Denok menyerahkan kamera digital kepada Pak RT, yang segera memutar gambar-gambar yang telah Denok ambil. Cahaya layar kamera menerangi wajah mereka di ruangan yang remang-remang.
Pak RT, yang awalnya hanya menunjukkan rasa ingin tahu, seketika berubah ekspresinya menjadi terkejut dan pucat pasi ketika melihat foto anak-anak yang diambil Denok. Ada getaran dalam suaranya ketika ia bertanya kepada Denok, "Tahukah kamu siapa anak-anak ini?"
Denok, yang masih baru dalam kehidupan kampung dan belum mengenal semua warganya, menjawab dengan jujur, "Tidak pak, karena saya terhitung baru di sini, baru tinggal 5 tahun ini."
Dengan nada serius, Pak RT memberikan informasi yang membuat kaki Denok serasa lemas, "Anak-anak ini adalah anak-anak dari kampung sebelah yang meninggal karena tertabrak truk pengangkut tebu 20 tahun yang lalu."
Informasi itu seperti petir di siang bolong bagi Denok. Dunia seakan berputar sangat cepat, dan udara di ruangan itu tiba-tiba terasa sangat berat. Sebelum ia bisa mengucapkan sepatah kata pun, pandangannya menjadi kabur dan sekali lagi, ia pingsan.
Denok jatuh ke lantai, untung dipegang oleh Pak RT yang cepat tanggap. Kejadian ini menambah misteri dari apa yang telah terjadi, membuka lembaran baru dari sejarah kampung yang kelam dan terlupakan. Apakah yang dialami Denok semalam hanya halusinasi, atau memang ada hubungan antara anak-anak yang meninggal tragis tersebut dengan kejadian-kejadian supranatural di kampung itu? Kini, bukan hanya Denok yang harus mencari jawaban, tapi seluruh kampung yang harus menghadapi kembali masa lalunya yang penuh tragedi.